"Kek, DPRD DKI mau lengserkan Ahok. Berarti kesalahan Ahok besar ya, Kek?"
"Cu, ini dunia politik, tidak ada istilah kesalahan menjadi sumber untuk melengserkan seseorang dari jabatannya." Jawab Kakek.
"Kok bisa, Kek? Tanpa kesalahan, tidak bisa dong seseorang dilengserkan. Apalagi kalau benar. Itu melanggar Undang-Undang." Tanya Cucu penasaran.
"Kamu masih kecil, belum mengerti apa itu politik. Ahok itu mau dilengserkan bukan karena salah atau benar. Anggota DPRD menekan Ahok agar bicaranya pakai etika. Itu yang menjadi persoalan." Jawab Kakek ragu.
"Berarti DPRD DKI harus minta persetujuan warga DKI dong, Kek?" Si Cucu tambah penasaran.
"Ya, itu yang membingungkan, Cu. Mereka (warga Jakarta-red) sudah mewakilkan suaranya ke DPRD DKI. Jadi, ya tidak perlu minta persetujuan rakyat." Kakek mulai bingung.
"Wah, nggak bisa, Kek. Saya pernah baca berita di Televisi, banyak anggota DPR tertidur waktu sidang. Apa mereka juga mewakili rakyat untuk tidurnya, Kek?" Si Cucu makin menggoda.
"Gundulmu kuwi. Mereka tertidur karena capek pastinya. Karena mereka bekerja siang-malam tanpa istirahat, Cu. Kamu jangan ngawur mengatai mereka ya, nanti kamu dilaporkan ke Polisi karena kamu dikira menghina mereka." Nada Kakek meninggi.
"Ah, Kakek ada-ada saja. Mereka memang tertidur, kok. Makanya Kakek sering-sering nonton berita. Tiap hari cuma baca buku terus. Gimana bisa tahu perkembangan negara, Kek?" Si cucu tidak mau kalah.
"Oalah, Cu, kakek kan dengerin radio. Jadi tahu perkembangan dunia." Jawab kakek masam.
"Iya, tapi Kakek kan nggak bisa lihat yang tidur saat sidang itu."
"Semprul kamu! Mana ada radio ada gambarnya? Udah ah, kakek mau baca buku lagi. Soalnya tanggung, tinggal sepuluh halam lagi. Sana pergi, belajar atau apa, biar pintar sekolahmu!" Hardik Kakek pada Cucunya. Namun si Cucu bukannya pergi malah mendekat ke Kakek.
"Kakek baca buku apa, sih? Kok sepertinya asyik banget?" Tanya Cucu sambil mengintip dari belakang Kakek.
"Ini buku politik. Kamu pasti nggak senang bacanya. Udah sana pergi!" Kakek mengusir untuk kedua kalinya.
"Idih, ternyata kakek pintar politik itu dari membaca ya? Aku pinjam boleh, Kek?"
"Nanti kalau sudah selesai boleh kamu pinjam." Jawab Kakek kalem.
"O, ya, Kek. Katanya Ahok udah laporkan DPRD ke KPK, kira-kira apa memang ada dana siluman ya, Kek?" Si Cucu masih penasaran tentang polemik Ahok Vs DPRD.
"Cu, Ahok itu orang baik, masih ingat tidak kamu pernyataannya? Bahwa, dia siap dipecat asal dana siluman itu tidak dimasukkan ke dalam APBD. Kalau Ahok hanya mengejar jabatan dan uang, tidak akan Ahok bicara seperti itu. Ini masalah yang tidak begitu rumit sebenarnya. Dan bisa dipastikan KPK tidak akan pernah kesulitan menelusurinya. Apalagi sekarang media semakin berani menampilkan berita berdasarkan investigasi." Jawab Kakek panjang lebar.
"Ooo, gitu ya, Kek. Mudah-mudahan tidak berkepanjangan deh. Kasihan rakyat Jakarta."
"Nah, begitu lebih baik daripada terus bertanya. Kakek jadi pusing." Kata Kakek sambil tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Cucunya.
Si Cucu pergi, namun sebelum pergi, ia meminum kopi yang ada di meja di kamar Kakeknya, sesudah itu berlari keluar kamar. Kakeknya geleng-geleng kepala sambil menggerutu melihat kelakuan Cucunya.
Belum ada tanggapan untuk "DPRD DKI Dan Angket Untuk Ahok"
Posting Komentar