Wayang adalah salah satu budaya luhur negeri kita. Di Tengah gempuran masuknya Budaya Asing ke negara kita, mari kita lestarikan budaya kita. Jangan biarkan budaya kita hilang dan terdesak oleh masuknya udaya asing ke negeri kita. Marilah kita mulai dari sekarang, kalau bukan kita siapa lagi? kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
Dari 250 juta rakyat Indonesia hanya sekitar kurang dari 5 % yang benar-benar mengerti tentang wayang. Dari sekian Panjang peristiwa wayang dan dengan ribuan tokoh wayang maka tidak ada salahnya bila kita ikut mempelajarinya dari sekarang.
Kebanyakan lakon wayang di Indonesia lebih sering membawakan peristiwa Wayang di jaman beberapa saat sebelum Ramayana, Mahabharata (terpusat pada keluarga Pandawa dan Kurawa) sampai masa setelah perang Bharata Yudha.
Pada masa penyebaran Islam di Indonesia, wayang sering digunakan sebagai media Dakwah secara damai. Dalang Wayang yang paling terkenal dan lihai saat itu tidak lain adalah salah satu dari Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga (Sunan Kalijaga terkenal dekat dengan rakyat kecil dan lebih memilih selalu memakai baju rakyat jelata atau baju dalang daripada memakai jubah dan sorban). Kisah wayang digubah sedemikian rupa sehingga banyak memasukkan unsur ajaran Islam sehingga muncul banyak istilah baru seperti : Ismaru (Semar), Fatrukh (Petruk), Na'ala Gharim (Nala Gareng), Ba'agho (Bagong), Jamus Kalimasada (Kalimat Syahadat) dan lain-lain.
Dalam menjelaskan tentang peristiwa di wayang sebaiknya dijelaskan juga berdasarkan serat yang mana. Karena dalam pewayangan ada beberapa serat yang dijadikan acuan misalnya SERAT KANDA, SERAT PARAMAYOGA, SERAT PURWAKANDA, SERAT PURWACARITA dll. Itu yang menyebabkan bila ada yang menceritakan peristiwa di wayang bisa berbeda-beda versinya.
Metamorfosis dari Sang Hyang Ismaya menjadi Semar Badranaya
SEBAGAI CONTOH : sejarah asal mula Semar ada beberapa versi tergantung serat yang dipakai :
Dalam SERAT KANDA : dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.
Dalam SERAT PARAMAYOGA : dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi MENURUT SERAT PARAMAYOGA, SEMAR ADALAH CUCUNYA ISMAYA.
Dalam SERAT PURWAKANDA :dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam SERAT PURWACARITA : dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.
Semar ditugaskan mengasuh para ksatria (golongan putih) sedangkan Togog ditugaskan mengasuh golongan raksasa dan golongan hitam (golongan sesat)
Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa (raja Jin). Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.
Semoga penjelasan singkat di atas bisa cukup membantu menjelaskan tentang asal usul Semar.
Selain 4 contoh versi serat yg di atas masih ada versi serat yang lain, bahkan wayang versi India, Bali, Jawa (versi Jawa Timur, versi Sunda, versi Solo, versi Yogya, versi Banyumas dll) semua berbeda-beda ceritanya. Apalagi kalau dimainkan oleh dalang yang berbeda dengan gaya cerita dan acuan serat yg berbeda pula.
Saya sebagai Newbie/pemula yg masih perlu byk belajar tentang wayang berusaha menghormati dan menerima semua perbedaan dari semua versi serat dan berusaha memahami perbedaannya. Justru ini yang menjadikan makin kaya, tinggi dan luhurnya khasanah budaya wayang kita
Bila membahas sumber cerita wayang mana yang sering dilakonkan dalang, itu tergantung jenis wayang yang dimainkan karena jenis wayang ada banyak, antara lain :
Sebagian dari jenis wayang yang ada di Indonesia
1. Wayang Kulit/ Purwa. Sumber cerita wayang kulit purwa, antara lain:
- Ramayana (diriwayatkan oleh Resi Walmiki)
- Mahabharata (diriwayatkan oleh Resi Wyasa)
- Arjuna Wiwaha (diriwayatkan oleh Mpu Kanwa)
- Smaradahana (diriwayatkan oleh Mpu Darmaja)
- Baratayuda (diriwayatkan oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh)
- Kresnayana (diriwayatkan oleh Triguna)
- Sumanasantaka (diriwayatkan oleh Monaguna)
dan lain-lain.
2. Wayang Orang/Wong : Wayang yang tokoh-tokohnya diperankan oleh orang dengan menyesuaikan tokoh serta karakternya berikut rias dan kostumnya yang sudah baku. Sumber cerita wayang orang sama dengan wayang kulit purwa.
3. Wayang Beber : Wayang Beber adalah suatu pertunjukan wayang yang menyajikan lukisan yang digoreskan pada kain atau kertas dalam adegan-adegan tertentu yang kemudian diceritakan oleh dhalang. Sumber cerita wayang Beber biasanya mengambil dari Babad Jenggala dan Kediri. Tokoh-tokoh wayang Beber antara lain: Panji Inu Kertapati, Dewi Sekartaji, Panji Semirang, Dewi Galuh Ajeng, Prabu Lembu Amiluhur
4. Wayang Golek : Wayang golek adalah salah satu bentuk pertunjukan wayang dengan boneka kayu (golek) yang dipentaskan oleh seorang dhalang. Wayang ini berkembang di Jawa Barat. Sumber cerita wayang golek adalah karya sastra pedalangan seperti wayang purwa.
5. Wayang Klithik : Wayang klithik adalah suatu pertunjukan wayang yang dipentaskan oleh seorang dhalang, dengan bahan baku wayang klithik terbuat dari kayu yang dipipihkan, ditatah dan disungging. Wayang klithik disebut juga wayang karucil atau krucil. Wayang ini diciptakan oleh Sunan Kudus. Sumber cerita wayang klithik mengambil cerita dari Babad Blambangan dan Majapahit. Tokoh-tokoh wayang klithik antara lain, ratu Kencana Wungu, Minakjingga, Raden Damarwulan, Patih Logender, Dewi Anjasmara, Raden Layang Seta dan layang Kumitir.
6. Wayang Wahyu : dicipta atas ide dan prakarsa Bruder Timotius FIC pada tahun 1962. Sumber cerita wayang wahyu mengambil cerita dari Kitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama.tokoh-tokoh wayang wahyu antara lain: Maria, Petrus, Paulus, Kayafas, Yohanes, Yesus, dll.
7. Wayang Gedhog : Bentuk wayang Gedhog hampir sama dengan wayang kulit yang terbuat dari kulit kerbau yang ditatah dan disungging. Wayang ini diciptakan oleh Sunan Giri dengan sumber cerita mengambil dari Babad Jenggala dan Kediri.
8. Wayang Kancil : Wayang Kancil adalah salah satu bentuk pertunjukan wayang yang disajikan oleh dhalang dengan mengambil cerita kehidupan binatang. Wayang kancil diciptakan oleh seorang Tionghoa bernama BO Liim pada tahun 1924.
9. Wayang Madya : Wayang Madya adalah pertunjukan wayang yang dimainkan oleh seorang dhalang, dengan bahan baku terbuat dari kulit kerbau yang ditatah dan disunggging seperti wayang purwa. Wayang Madya diciptakan oleh KGPAA Mangku Nagoro IV pada tahun 1880 dengan mengambil cerita dari keturunan Pandawa, yaitu masa Yudayana (anak Parikesit) dan permulaan Jayalengka.Tokoh-tokoh wayang Madya antara lain: Prabu Parikesit, Raden Sasikirana, Raden Sengkan, Raden Sidapaksa, Dewi Sritanjung, Resi Mayangkara, dll.
10. Wayang Menak : pertunjukan wayang yang dimainan oleh seorang dhalang sebagai media penyebaran agama Islam. Bahan baku wayang Menak adalah kayu yang dipahat seperti boneka (seperti wayang golek). Sumber cerita wayang Menak adalah Serat Menak. Wayang ini diciptakan oleh Trunadipa dari Baturetna, Wonogiri. Tokoh-tokohnya antara lain: Dewi Rengganis, Wong Agung Jayengrana, Umar Madi, Umar Maya, Nursewan, dll.
Fungsi wayang Menak sebagai media dakwah Islam.
Wayang lain yang menjadi media dakwah Islam adalah:
a. Wayang Dobel
Wayang Dobel diciptakan oleh Amat Kasan dari desa Slamatan DIY. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah dan disungging dengan mengambil cerita dari Surat Ambiya.
b. Wayang Dupara : Wayang ini diciptakan oleh Raden Danuatmaja dengan mengambil cerita dari Babad Tanah Jawi, yakni dari kerajaan Demak sampai kerajaan Kartasura.
c. Wayang Jawa
Bahan baku dan bentuk mirip wayang golek Menak. Wayang Jawa diciptakan oleh R.M.Ng Dutadipraja di Sala pada tahun 1937. Sumber cerita dari masyarakat Jawa dan lebih berkaitan dengan pendidikan.
Belum ada tanggapan untuk "Wayang Nusantara"
Posting Komentar