Kami punya keyakinan bahwa setelah munculnya era Jokowi-Ahok, sepertinya pemimpin ideal Indonesia itu sudah lahir. Jokowi dengan kejujuran dan kesederhanaannya, gaya nya yang merakyat dan senang blusukan, didampingi seorang wakil yang tegas dan berani seperti Ahok. Keduanya tidak merasa sebagai ancaman, karena keduanya memiliki kesamaan yakni jujur atau tulus, sederhana, dan berani, serta tidak memiliki kekhawatiran akan kehilangan jabatannya.
Sosok pemimpin seperti Jokowi dan Ahok sangat dibutuhkan untuk memperbaiki negara yang penuh dengan masalah seperti Indonesia saat ini. Negara yang makin terpuruk oleh budaya korupsi sehingga menempati peringkat atas negara terkorup di dunia. Negara yang memiliki peninggalan Hutang luar negeri yang begitu banyak sehingga bahkan bunganya pun makin bertambah dan terus membebani negara sehingga sulit untuk dilunasi.
Namun demikian, sejujurnya kami juga sempat ragu dan berpikir, apakah negeri ini telah siap lahir dan batin menerima pemimpin yang ideal seperti Jokowi dan Ahok? Sudah rahasia umum bahwa para pejabat, wakil rakyat, mafia preman dan partai politik di Indonesia selama ini justru selalu memanfaatkan berbagai kelemahan sistem pemerintahan di Indonesia untuk mengeruk kekayaan dan keuntungan sebanyak-banyaknya demi kepentingan pribadi dan golongan. Dapat dibayangkan, demi untuk mempertahankan budaya lama yang korup dan bobrok, akan muncul banyak resistansi dan perlawanan yang mereka lakukan (termasuk melalui fitnah hasutan, jebakan, provokasi, dan kriminalisasi) terhadap pemimpin baru kita.
Rakyat Indonesia sudah berpuluh-puluh tahun terlena dininabobokkan oleh berbagai subsidi, budaya korupsi, kolusi dan nepotisme serta strategi jalan pintas presiden sebelumnya yaitu Menghutang dan Mengimpor kebutuhan untuk mengontrol harga kebutuhan dan nilai rupiah sehingga akibatnya justru malah makin mempercepat negara Indonesia terjerumus ke arah kebangkrutan.
Di saat kondisi negara yang demikian parah ini, mulailah bermunculan figur-figur pemimpin yang ideal termasuk Jokowi, Ahok, Tri Rismaharini, Ganjar dll yang muncul dari sistem Pilkada langsung dimana pemimpin daerah dipilih langsung oleh rakyat. Mengingat sudah demikian kronisnya kondisi negara Indonesia maka memang sudah waktunya bagi Negara ini untuk bertransisi menjadi negara yang jauh lebih bersih dan transparan, lebih mandiri, lebih meningkat dan maju dalam segala bidang.
Inilah saatnya para putra terbaik bangsa yang mewakili generasi muda untuk beraksi menggantikan gaya kepemimpinan lama orde baru yang penuh dengan kebobrokan dan kesalahan, termasuk kesalahan dalam membiarkan penerapan strategi main “aman” yang salah kaprah yaitu dengan terus “berhutang” dan “mengimpor” yang terus-menerus dilakukan sehingga membuat Indonesia makin terpuruk masuk kotak. Saatnya kebiasaan dan budaya-budaya lama itu ditinggalkan secepatnya, revolusi mental harus segera diterapkan di bawah tuntunan dan teladan pemimpin baru kita.
Selanjutnya kita sama-sama tahu. Dwi Tunggal Jokowi dan Ahok harus berpisah. Jokowi terpilih menjadi presiden Indonesia dan Ahok naik pangkat jadi Gubernur DKI.
Rakyat Jakarta dipertontonkan adegan lakon yang tidak biasa, yaitu Lakon Wisanggeni Gugat yang mempertontonkan seorang Ahok dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan rakyat, pelayan kebenaran dan keadilan. Kebenaran dan keadilan yang transparan dan tanpa kompromi dan Panggung sepenuhnya menjadi miliknya…! Tanggung jawab dari SUMPAHNYA kepada rakyat…! Sang Wisanggeni meneriakkan syair-syair tembang yang indah dan lantang seperti :
• ”Saya lebih baik dipecat daripada meloloskan dana siluman..”
• ”Saya akan lawan DPRD meski saya sendirian..”
• ”Mereka tidak akan ribut seperti ini jika saya setuju. Tapi hati nurani saya menolak..”
Sebuah syair yang penuh keberanian, kejujuran dan ketulusan… Ungkapan kemuak-an yang dituturkan dengan garang. Mencerminkan makna SUMPAH seorang Pemimpin…..
Dan Ahok meneriakkannya dengan lantang dan ganas. Seganas ajian Wisanggeni (Bisa Api) yang dia keluarkan untuk membakar seluruh musuh rakyat yang korup... untuk membakar semangat rakyat agar lebih kritis dan waspada terhadap para wakil dan pemimpinnya... Sekaligus untuk menerangi Indonesia dan memberi contoh kepada para pejabat dan kepala daerah lain agar bertindak serupa. Ketika Ahok terus memainkan api nya. Api itu akan terus menyala, tidak pernah mati dan akan terus berkobar mencari mangsa para oknum penjahat dan koruptor sambil berteriak “LAWAN !”
Dalam perlawanan Ahok menentang Anggaran Siluman DPRD DKI ini Ahok mendapatkan banyak dukungan dari para Netizen seluruh Indonesia.
http://m.tempo.co/read/news/2015/02/27/083645838/lawan-dprd-ahok-kebanjiran-dukungan-dari-netizen
Saat ini Kembali orang bertanya. Apakah karakter Ahok sebagai pemimpin yang ideal cocok bagi jakarta?
Pemimpin ideal itu tergantung masyarakat yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan Ahok seharusnya memang pas untuk Jakarta. Kekerasan yang jadi watak Jakarta memerlukan pemimpin yang bergaya preman. Kalau marah menggebrak dan tak segan mengajak orang berduel. Di mana ada pemimpin yang berani mengajak orang berduel seperti Ahok?
Ahok berani keras dan mengecam perilaku pejabat yang korup karena ia tahu dirinya bersih. Ia berani menantang karena tahu lawan-lawannya bermasalah. Ada yang pernah dibui dalam kasus korupsi. Ada yang preman suka memalak hak orang. Belajar dari pengalaman gubernur sebelumnya, Jakarta hanya sukses dipimpin gubernur yang juga keras kepala. Ada Ali Sadikin. Dan sekarang Ahok memberi harapan.
Fans Page dukungan 100 miliar rakyat indonesia untuk ahok dalam sorotan media nasional & asing
Ahok memang fenomenal untuk ukuran budaya bangsa Indonesia pada umumnya. Hal ini ternyata telah menarik perhatian tidak hanya media nasional tapi juga media asing.
Bahkan Fans Page dukungan 100 miliar rakyat indonesia untuk ahok telah banyak mendapat perhatian dan dibahas di banyak media baik media nasional maupun media asing.
Fans Page dukungan 100 miliar rakyat indonesia untuk ahok:
https://www.facebook.com/pages/Dukungan-100-miliar-rakyat-indonesia-untuk-AHOK-hengkang-dari-Gerindra/709585175799061?fref=ts
Kefenomenalannya bukan sekedar fenomenal, namun bisa menjadi tonggak kemajuan budaya dan karakter bangsa yang bervisi menjadi bangsa yang bermartabat, dihormati dan dihargai di ranah internasional, bukan jago kandang. Dialah ikon yang menjadi representasi karakter budaya baru bangsa Indonesia. Dan pemilik visi budaya bangsa besar adalah generasi muda. Generasi dengan populasi terbesar bangsa Indonesia sampai dengan 2050.
Setelah Ahok keluar dari partai dan sampai saat ini belum terikat pada partai apa pun, dia seolah menjadi lain seorang diri. Tetapi apakah dia terasing? Tidak! Tengoklah, dia mendapat dukungan luas. Siapa pendukung utama Ahok? Justru mayoritas para generasi muda!
Tidak mengherankan jika generasi muda mendukung Ahok. Gejala ini menjadi pembenar bahwa generasi muda sudah jengah dengan perilaku kotor generasi yang lebih tua, yang sudah terbangun sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun. Generasi muda, baik yang di kota maupun di perdesaan, secara umum lebih memiliki kesempatan mengenyam pendidikan formal dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka menjadi lapis masyarakat yang lebih terbuka, transparan, berbicara apa adanya.
Di sinilah Ahok kemudian berhasil menjadikan dirinya sebagai ikon. Dia merespresentasikan sifat dan sikap generasi muda yang sudah jengah.
Ahok lihai memanfaatkan dan menempatkan diri di niche itu. Mengapa? Karena generasi muda, mulai tahun 2015 ini adalah generasi emas bagi bangsa Indonesia. Mereka adalah populasi dengan jumlah terbesar di Indonesia sampai dengan tahun 2050. Kecuali itu tingkat pendidikan formal mereka secara rata-rata jauh lebih baik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Relasi internasional mereka juga jauh lebih luas, memiliki jaringan luas di seluruh dunia. Generasi muda fasih dalam menguasai iptek, teristimewa teknologi informasi dan telekomunikasi. Bagi mereka, wilayah teritorial bukan lagi batas berarti. Mereka lintas batas, bahkan mungkin tak mengenal batas.
Jika memahami ranah Indonesia masa kini yang demikian, dan tantangan kehidupan antar-bangsa yang sudah tampak jelas di depan mata, dan pada saat bersamaan kondisi kekayaan SDA dan SDM bangsa Indonesia demikian besar, menjadi sangat penting bangsa ini mau dan mampu berubah. Jargon revolusi mental sudah benar, namun itu akan sekedar menjadi jargon yang tidak bermakna jika tidak ditunjukkan dengan keberanian untuk benar-benar ber-revolusi. Ahok adalah contoh konkrit pemimpin yang mau dan mampu ber-revolusi mental. Dialah calon pemimpin masa depan bangsa Indonesia.
Belum ada tanggapan untuk "Fans Page dukungan 100 miliar Rakyat Indonesia untuk Ahok dalam sorotan Media Nasional dan Asing"
Posting Komentar