Foto: islamtoleran.com
Melihat sebuah foto di islamtoleran.com, saya tertarik dengan tulisan yang terpampang di spanduk.
LEBIH BAIK MATI ATAU KIAMAT DARIPADA AHOK JADI GUBERNUR DKI JAKARTA.
LENGSERKAN!
begitulah kira-kira yang terbaca dalam spanduk foto di atas. Menggelitik bahasa yang digunakan. Seolah mereka adalah hukum yang bisa seenaknya melengserkan seorang Gubernur yang dilindungi oleh peraturan dan Undang Undang (UU)
"Lebih baik mati daripada......." bila dipahami memiliki banyak makna. Pertama, ketika seseorang sudah benci, maka semua perkataan sudah tidak diperhitungkan untung dan ruginya.
Kedua, "lebih baik mati daripada" menunjukkan ego yang sangat tinggi bahwa derajat orang yang dibahas terlalu rendah sehingga tak layak menjadi apapun. Ini sangat berbahaya karena bisa menyulut kebencian bagi yang tidak bisa memahaminya.
Ketiga, "lebih baik mati daripada" juga mengandung kalimat ajakan yang menimbulkan orang lain (bila tidak paham) akan menjadi anti dengan pejabat dimaksud, dalam hal ini Ahok.
Keempat, "lebih baik mati daripada" itu juga merupakan doa atau keinginan. Doa yang dimaksud adalah untuk dirinya sendiri, bahwa jika Ahok tetap menjadi Gubernur, mereka memilih mati atau kiamat. Sementara keinginan yang saya maksud adalah, mereka mendesak orang-orang yang berkepentingan untuk segera melengserkan Ahok.
Dari beberapa poin di atas, jika kita mengacu pada hukum yang berlaku di Indonesia, maka hal ini tidak dibenarkan secara hukum. Demonstrasi bisa saja dilakukan untuk memperbaiki kinerja pemerintah, apa yang kurang benar biar dibenahi dan apa sudah dijalankan agar terus ditingkatkan. Sementara, jika menuntut mundur, saya beranggapan itu hanya angin lalu. Dan pihak-pihak terkait tak perlu menanggapi dengan serius, karena pada saatnya nanti, hal-hal seperti ini akan hilang dengan sendirinya.
Belum ada tanggapan untuk "FPI Demo: Lebih Baik Mati Daripada Ahok Jadi Gubernur DKI"
Posting Komentar