Beredarnya beras plastik memang sungguh
aneh. Setelah terindikasi gagal melakukan
demo besar-besaran, muncul isu beras
plastik yang menghebohkan Nusantara. Ini
jelas bermuatan politis untuk menutup rasa
malu karena aksi demo besar-besaran pada
20 Mei tak dapat terealisasi.
Dari berbagai informasi yang saya himpun,
di Tiongkok memang ada pembuatan beras
sintetis berbahan dasar kentang dan sayur-
sayuran dan plastik. Namun, bila dimasak,
beras tersebut tidak akan bisa menjadi
bubur seperti yang terjadi pada beras
plastik yang di Bekasi.
Lalu, apakah beras plastik ini sebenarnya
hoax? Jika kita kaji lebih dalam, maka hal
pertama yang perlu dikedepankan adalah
logika. Bahwa, harga plastik termurah
adalah Rp. 19.000 - Rp. 22.000. Sedangkan
beras dengan kualitas baik seharga Rp.
10.000. Ini sangat tidak masuk akal, karena
jika menganut hukum ekonomi, maka jelas
produsen beras plastik akan rugi.
Logika kedua, plastik tak akan meleleh pada
suhu 100 derajat celsius. Saya masih ingat
ketika ibu saya memasak "lontong" yang
dibungkus dengan plastik. Beras yang
dibungkus jelas bisa menjadi bubur lalu
padat di dalam plastik, tetapi plastiknya tak
meleleh.
Jadi, isu beras plastik menjadi isu sampah
yang tak masuk akal.
Lalu apa sebenarnya motif di balik isu
beredarnya beras plastik? Seperti kita tahu,
saat Jokowi naik menjadi Presiden RI,
banyak isu besar bermuatan fitnah yang
digunakan para musuh negara untuk
menjatuhkannya. Mulai dari Jokowi kafir,
Jokowi non Muslim, antek asing dan aseng,
Jokowi Komunis dan lain sebagainya.
Sementara hal-hal yang dituduhkan tersebut
hanya berdasarkan opini "ngawur" akibat
kebencian yang mendalam.
Yang lebih mengherankan, pembubaran
Petral dan pengungkapan kasus mafia
migas tak seheboh isu beras plastik. Ini
justru membingungkan. Kemana
mahasiswa? Mengapa mereka tidak
mengapresiasi keberanian pemerintah
mengungkap hal-hal besar yang dilakukan
pemerintahan Jokowi? (Lilik Bagus)(m.p)
Belum ada tanggapan untuk "Beras Plastik, Aksi Demo 20 Mei Dan Pembubaran Petral "
Posting Komentar