REPHAKER - Bulog memang telah gagal menyerap gabah petani sesuai instruksi Presiden. Hal ini dipandang sebagai penyalahgunaan wewenang dan tindakan membangkang terhadap instruksi Presiden.
Mei ini, adalah musim panen padi untuk masa tanam II, tetapi lagi lagi petani padi dan masyarakat ekonomi bawah menjerit, karena harga gabah anjlog sedangkan harga beras melejit. Harga gabah di petani saat ini berkisar 3000 s/d 3500, jauh dibawah HPP sesuai Inpres No.5/2015 sebesar 3700/kg untuk gabah kering panen dengan kadar air 25%. Sementara harga beras di pasar menembus angka 7500 s/d 10.500, jauh lebih tinggi dari HPP beras yang cuman 7300/kg.
"Mau gimana lagi, kami kan sudah bilang dari dulu bahwa Indonesia akan mengalami lagi darurat beras jika BULOG tidak berpihak pada petani dan membiarkan gabah petani dikuasai oleh pasar bebas. Sebenarnya sangat sederhana kok. Kalau BULOG ini benar, Indonesia tidak akan mengalami krisis beras apalagi sampai impor, lahan sawah kita kan luas, 8.400.000 Ha, dengan 4.400.000 Ha sawah irigasi, 3.900.000 Ha sawah non irigasi" kata Karnelli Sadikin, Ketua Indonesian Institute Of Agriculture Care (INISIAC)
Karnelli melanjutkan. "Kebutuhan beras dalam negeri kita itu cuman 29,875 juta ton yang terdiri dari 27,375 jt ton untuk nasi, dan 2,5 jt ton untuk tepung beras. Sementara kita bisa memproduksi gabah kering panen sebesar 70,4jt ton atau setara dengan 37,537jt ton beras. Lalu logikanya dimana kalau tiap tahun kita selalu mengalami krisis beras dan harus impor? Pasti ada yang tidak beres kan???, dan pihak pertama yang harus diaudit serta bertanggung jawab atas semua ini adalah BULOG sebagai penanggung jawab stok dan stabilisasi harga pangan di Indonesia".
Sementara itu, menurut Ali Sa'roni, ketua Koordinator Nasional Pejuang Kedaulatan Pangan (KORNAS-PKP), BULOG gagal dan memang tidak memiliki niatan untuk berpihak pada petani serta sama sekali mengabaikan tugas dan tanggung jawab utamanya.
"Penyebab utama krisis beras ini tak lain adalah gagalnya bulog dalam menjaga stok, dan menstabilkan harga pangan. Kalaupun petani kita bisa memproduksi beras 50 juta ton/tahun, tetap saja akan terjadi krisis pangan dan impor beras, jika semua hasil panen petani diserahkan pada pasar bebas yang notabene dikuasai oleh kartel dan mafia" tuturnya
"Coba perhatikan saja, tahun ini bulog memasang target pembelian beras dari petani sebesar 2,75 juta ton. Tapi sampai pertengahan mei ini, bulog baru menyerap beras petani sejumlah 450.000 ton. Padahal mei ini adalah masa panen musim ke2, Dan diperkirakan hasil panen padi petani sampai bulan mei ini sekitar 37,5 jt ton beras. harusnya bulog sudah menampung beras petani diatas 2juta ton, tapi kenapa baru 450.000 ton?. Kalau bulog berpihak pada petani dan bersungguh sungguh menjalankan tugas pokoknya, maka saat inilah bulog harus membeli semua hasil panen petani sesuai HPP dalam Inpres No.5/2015"
"Dengan kondisi seperti sekarang ini, bagaimana bulog bisa mengamankan stok beras, kalau semua hasil panen petani dikuasai pedagang? Dengan hanya memiliki stok 450.000 ton, bulog tidak akan mampu mengatur pasar dan menstabilkan harga beras yang sudah melambung. Kita mesti tahu kalau kebutuhan beras kita sebesar 2,49jt ton/bulan. Makanya bulog sekarang meminta izin impor beras pada kementerian perdagangan. Itu kan kurang ajar namanya"
"Karena itu" lanjut ali. "Presiden Jokowi harus mengambil keputusan yang tegas dengan membubarkan BULOG atau memidanakan pejabat pejabat bulog yang tidak bisa atau tidak mau menjalankan perintah Presiden, karena kita semua tahu, kalau impor itu cuma akal akalan saja" Pungkasnya
Artikel lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "INISIAC/LIPP: LAGI-LAGI BULOG GAGAL DAN MENYIKSA PETANI PADI"
Posting Komentar